Oleh: Sulung Nof*
Anies Baswedan sedang dilabel sebagai Bapak Politik Identitas. Serangan ini lucu sekaligus pandir. Mengapa? Sebab tuduhan yang diarahkan kepada beliau tampak inkonsisten dan selalu berubah sesuai pesanan.
Mantan pemimpin dan pelayan warga DKI Jakarta itu dianggap gubernur penjual ayat. Padahal yang jelas-jelas membawa ayat adalah BTP (Ahok) ketika menyebut jangan mau dibohongi pakai surat Al-Maidah.
Anies juga dituding gubernur yang jual mayat gegara ada spanduk di sebuah masjid yang menolak untuk menyalati jenazah pendukung penista agama. Faktanya, justru beliau yang menawarkan diri menjadi imam shalat jenazah.
Calon Presiden RI itu juga dituduh sebagai pemimpin sektarian. Faktanya, beliau justru diusung pertama kali oleh Partai Nasdem. Konsekuensinya parpol ini dimusuhi istana dan para pendengung. Jadilah ia disebut Nasdrun.
*
Anies Bapak Politik Identitas, katanya. Beliau sebelumnya disebut beraliran Syiah, Salafi/Wahabi, dan lainnya. Padahal semua sebutan itu saling bertentangan. Kita jadi meragukan nalar mereka karena racauan tersebut.
Anies adalah aset penting yang entah kenapa dilepas oleh penguasa. Tengoklah videonya saat beliau berikan arahan kepada relawan di Pilpres 2014. Semua menyimak dengan rasa kagum, betapa hebatnya sosok pembicara itu.
Maka ketika posisinya berhadapan pada Pilgub DKI 2017, amarah mereka jadi tidak terkendali sampai ubun-ubun. Tahu sendirilah kalau orang emosi, yang keluar dari mulutnya tidak diayak. Orang Betawi menyebutnya “ngebacot.”
*
Anies Bapak Politik Identitas, katanya. Tapi kenapa saat putrinya menikah tempo hari tidak ‘dipaksa’ menggunakan hijab? Sebab beliau tahu bahwa hal itu baiknya lahir dari keyakinan diri sendiri, bukan dari tekanan dan paksaan.
Hanya karena cucu dari Pahlawan Nasional Indonesia itu didukung oleh Imam Besar dan organisasinya lantas Anies dituduh menjual agama? Bukankah beliau juga dekat dengan semua pemua agama tanpa kecuali? Sehingga beliau lebih tepat digelari Bapak Kesetaraan.
Serangan sporadis yang ditujukan kepada Anies tampak ambivalen saat beliau dianggap tidak satupun membangun masjid. Faktanya di masa beliau beberapa masjid terbangun. Buktinya adalah Masjid Amir Hamzah. Ditambah lagi ada kebijakan dana BOTI.
*
Anies Bapak Politik Identitas, katanya. Khawatirnya ada yang kurang memahami bahwa dalam diri setiap orang sudah melekat identitasnya. Apa yang ingin mereka hilangkan? Agamanya? Jenis kelaminnya? Sukunya?
Jangan berlindung dibalik propaganda politik identitas, tapi sebenarnya ada agenda tersembunyi melawan konstitusi. Dalam Pembukaan UUD 1945 jelas disebut bahwa kemerdekaan Indonesia diraih “Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa.”
Anies sudah membuktikan kinerja dan prestasinya di ibukota. Saat ini beliau ingin menunaikan janji kemerdekaan dalam cakupan yang lebih besar, yakni melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia.
Selama Anies menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, adakah rumah ibadah dirobohkan? Atau adakah deretan rumah warga dibuldozer? Atau adakah kebijakan yang diskriminatif? Atau adakah perilaku beliau yang intoleran dan radikal?
Jika hanya katanya bukan faktanya, maka jangan terjebak pada propaganda. Sebab faktanya, di masa kepemimpinan Pak Anies, Jakarta meraih indeks demokrasi, toleransi, dan kohesivitas yang terbaik. Dan alhamdulillah tingkat kepuasan publik mencapai 83%.
Bandung, 03122022
*Pendiri dan Sekjen REKANAN (Rekan Anies Baswedan)