Bandung, 26 Juni 2025 – Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) menyoroti potensi besar sektor pariwisata sebagai motor penggerak kebangkitan ekonomi Jawa Barat di era digital. Dalam seminar “Front Line Service Professional and Digital Transformation: Navigating Change, Embracing Technology” yang diselenggarakan Universitas Teknologi Bandung (UTB) pada Rabu (25/6) di Gedung GNP PT INTI, Bandung, GIPI menekankan pentingnya adopsi teknologi dalam layanan garis depan pariwisata.
Daniel G. Nugraha, S.IP, Ketua DPD ASITA Jawa Barat yang mewakili GIPI, dalam paparannya menegaskan bahwa transformasi teknologi dalam layanan frontline di sektor pariwisata telah mengubah fundamental interaksi dengan wisatawan. “Ini bukan hanya tentang efisiensi operasional, tetapi juga menciptakan pengalaman yang lebih personal dan imersif bagi wisatawan,” ujar Daniel.
Menurut Daniel, kontribusi wisatawan terhadap ekonomi sangat signifikan, membayar langsung ke berbagai sektor seperti transportasi (kereta, pesawat, rental mobil, bus), akomodasi, hiburan, dan belanja, yang kemudian menciptakan lapangan pekerjaan dan manfaat ekonomi di sektor-sektor terkait. Namun, dengan tingkat adopsi internet yang tinggi di Indonesia (212 juta pengguna internet dan 143 juta pengguna media sosial per Februari 2025), pelaku industri pariwisata harus mengikuti laju digitalisasi.
Daniel G. Nugraha memaparkan beberapa bentuk transformasi teknologi yang menonjol dalam frontline service pariwisata:
- Digitalisasi Layanan Pelanggan: Penggunaan chatbot dan AI untuk menjawab pertanyaan 24/7, serta self check-in kiosks di hotel dan bandara untuk mempercepat proses.
- Aplikasi Mobile dan Reservasi Online: Wisatawan kini memesan tiket, hotel, dan paket wisata melalui Online Travel Agents (OTA) seperti Traveloka, Tiket.com, Agoda, dan menggunakan aplikasi navigasi seperti Google Maps.
- Pemanfaatan Big Data dan Analitik: Data perilaku wisatawan digunakan untuk personalisasi layanan dan rekomendasi, sementara destinasi dapat memantau tren kunjungan secara real-time.
- Virtual Reality (VR) dan Augmented Reality (AR): VR memungkinkan calon wisatawan menjelajahi destinasi secara virtual, sementara AR memberikan informasi interaktif di situs sejarah atau museum.
- Smart Tourism & Internet of Things (IoT): Hotel pintar dan smart kiosks memberikan informasi real-time tentang transportasi, cuaca, dan atraksi.
- Pemasaran Digital dan Media Sosial: Kampanye melalui Instagram, TikTok, dan YouTube menjangkau wisatawan global, didukung influencer marketing dan ulasan pengguna.
Daniel memperingatkan bahwa pelaku usaha yang tidak mengikuti perkembangan teknologi dan gagal bertransformasi secara digital akan menghadapi ancaman serius, termasuk kehilangan daya saing, penurunan pendapatan, terbatasnya akses pasar, ketinggalan inovasi, serta kesulitan menarik dan mempertahankan talenta muda.
“Transformasi ini tidak hanya meningkatkan kepuasan wisatawan, tetapi juga memperluas jangkauan pasar dan memperkuat daya saing destinasi,” pungkas Daniel. “Konsumen kini menilai kredibilitas bisnis dari kehadiran digitalnya—mulai dari media sosial, ulasan online, hingga kemudahan transaksi. Tanpa itu, bisnis bisa dianggap tidak relevan atau ketinggalan zaman. Transformasi digital bukan sekadar pilihan, tapi kebutuhan untuk bertahan dan berkembang.”
Pesan GIPI ini menggarisbawahi bahwa dengan merangkul inovasi dan teknologi, pariwisata Jawa Barat memiliki potensi besar untuk menjadi lokomotif kebangkitan ekonomi daerah.







