Menjelang Pemilu 2024, gelombang kampanye menyapa masyarakat Indonesia. Meskipun dana kampanye mulai mengalir ke berbagai lapisan, banyak yang menegaskan bahwa suara mereka tidak dapat dibeli murah. Di tengah sulitnya kondisi ekonomi, bantuan ini dianggap sebagai dorongan, namun warga menekankan pentingnya memilih perwakilan di legislatif maupun pemimpin yang benar-benar amanah dan berpotensi memajukan kehidupan mereka.
Situasi ekonomi yang sulit tidak menyurutkan antusiasme masyarakat dalam menerima bantuan dan dana kampanye yang disalurkan. Meski demikian, pandangan tegas masyarakat menegaskan bahwa suara mereka tidak dapat diperjualbelikan dengan mudah. Mereka menekankan esensi memilih pemimpin yang tidak hanya berjanji manis saat kampanye, tetapi juga terbukti amanah dan mampu mengubah kehidupan menjadi lebih baik.
Dalam hal ini, Subarman selaku Ketua Harian DPW Dunsanak Anies Jawa Barat mengungkapkan temuannya di berbagai daerah tentang bagaimana masyarakat meyikapi hal ini.
Subarman melihat, situasi ekonomi yang sulit tidak menyurutkan antusiasme masyarakat dalam menerima bantuan dan dana kampanye yang disalurkan. Meskipun amplop dan sembako mengalir dari mereka, warga menegaskan bahwa pengalaman masa lalu menjadi pelajaran berharga. Mereka tak akan mudah tertipu oleh janji manis, memahami betapa sulitnya ekonomi saat ini, serta menghadapi permasalahan lain seperti pendidikan yang memprihatinkan, lonjakan harga BBM, dan kenaikan harga beras.
Bahkan ada yang mengatakan meskipun amplop dan sembako mengalir dari pihak yang berkampanye, masyarakat menyatakan bahwa mereka tak akan mudah tertipu. Pengalaman masa lalu sudah cukup menjadi pelajaran bagi mereka. “Bagaimana sulitnya situasi ekonomi masyarakat pada saat ini, dan permasalahan lain yang dirasakan masyarakat, termasuk diantaranya pendidikan, harga BBM yang melambung, dan beras yang mahal,” ungkap tegas Subarman kepada Media Dunsanak.
“Lumayan ada rezeki dari Allah yang turun buat masyarakat,” ungkap Subarman. “Bahkan menariknya, ada dari masyarakat yang mengatakan, kami iya iyakan saja apa kata yang memberi, meskipun pilihan masyarakat tersebut bukan pada mereka yang memberi,” lanjut Subarman.
Pemantauan ini merefleksikan semangat kritis masyarakat Indonesia dalam menghadapi Pemilu 2024. Suara mereka, yang didorong oleh kebutuhan dan kebahagiaan sekaligus, tetap menjadi keputusan personal yang tidak dapat dibeli dengan mudah. Meski bantuan datang, pemilih Indonesia tetap memegang prinsip memilih pemimpin yang memiliki integritas dan mampu membawa perubahan positif dalam kehidupan sehari-hari mereka.