Oleh: Sulung Nof*
Dalam acara Sekolah Kepemimpinan Publik yang digelar beberapa waktu lalu bersama relawan lainnya, kami melihat sebuah fenomena bahwa Jawa Tengah sudah tidak tepat lagi jika diasosiasikan sebagai Kandang Banteng.
Berdasarkan data statistik Pemilu 2019, dari 29 kabupaten dan 6 kota, PDIP hanya mampu menaklukan tiga basis wilayahnya, yakni Surakarta, Wonogiri, dan Boyolali. Itu pun hanya mampu menguasai sekira setengahnya.
Mengacu data Badan Pusat Statistik (BPS), PDIP hanya meraup 5,77 juta suara di Provinsi Jawa Tengah pada Pemilu 2019. Atau sebesar 29,71% dari total 19,42 juta suara. Sisanya sebanyak 70,29% diperebutkan parpol lainnya.
Kalaupun ingin didudukkan berbasis data yang sebenarnya, maka Provinsi Bali lebih cocok diklaim sebagai “Kandang Banteng”. Sebab 54,34% warga menjatuhkan pilihannya ke PDIP. Ada faktor kedaerahan dari ibunda Soekarno.
Selama ini banyak orang menganggap bahwa Soekarno dan Megawati adalah Jawa tulen. Maka terbentuklah persepsi bahwa di Jawa (Tengah) miliknya PDIP. Padahal keduanya punya darah campuran Bali dan Bengkulu.
Dan kita perlu membuka arsip pada Pilgub Jateng 2018. Ganjar Pranowo dan Taj Yasin hanya mampu meraih 10.362.694 suara (58,78%). Secara mengejutkan, Sudirman Said dan Ida Fauziyah meraih 7.267.993 suara (41,22 %).
Berdasarkan konstruksi di atas, maka mulai sekarang kita mesti bunyikan di seantero jagat bahwa “JATENG BUKAN KANDANG BANTENG”. Pikiran ini harus dihidupkan agar terbangun mental menang, bukan kalah sebelum berjuang.
Allah telah dan akan pergilirkan masa kejayaan di dunia ini dari masa ke masa. Insya Allah, pada Pemilu dan Pilpres 2024 akan menjadi bagian H. Anies Baswedan, Ph.D dan parpol pengusung sebagai pemenang. Ayo siap siaga!
[Bandung, 09022023]
*Pendiri dan Sekjen REKANAN / Rekan Anies Baswedan