Pada 19 Agustus 2023, di gelaran Forum Sunda Ngahiji yang diselenggarakan oleh Universitas Padjajaran di Jl. Dipati Ukur Bandung, terdapat satu sosok yang menerangi panggung kebudayaan Sunda dengan warna-warna yang unik. Chye Retty Isnendes, seorang penulis sajak, cerita pendek, dan esai berbahasa Sunda, menawarkan sudut pandang baru melalui karya-karyanya. Dalam presentasi penuh inspirasi ini, Chye Retty Isnendes dengan penuh kepiawaian mengungkapkan potensi luar biasa yang terkandung dalam masyarakat Sunda.
Chye Retty Isnendes bukanlah nama yang asing bagi pecinta sastra Sunda. Dengan bakat yang luar biasa, ia telah membangun reputasi yang istimewa dalam dunia sastra berbahasa Sunda. Namanya tidak sekadar mencerminkan pengabdian pada warisan budaya Sunda, tetapi juga melambangkan harta khazanah sastra lokal yang tak ternilai.
Sebagaimana kita ketahui bersama, Jawa Barat telah membuktikan diri sebagai sentra potensi luar biasa di berbagai sektor. Potensi masyarakat Sunda, yang mendominasi di Jawa Barat, memiliki beberapa dimensi yang mampu membekali mereka untuk menjadi pemimpin yang relevan dalam skala nasional. Namun, penting untuk diingat bahwa menjadi pemimpin mengandung kompleksitas dan memerlukan berbagai elemen, termasuk kepemimpinan yang efektif, kompetensi, visi inklusif, serta keterampilan menghadapi tantangan yang beragam. Berikut adalah sejumlah potensi yang mungkin dijadikan landasan bagi masyarakat Sunda di Jawa Barat untuk menjadi pemimpin yang menginspirasi di Indonesia: potensi budaya kreatif dan inovatif, daya saing pendidikan dan penelitian, keragaman ekonomi, toleransi agama dan budaya, partisipasi politik yang aktif, serta kesadaran akan keberlanjutan lingkungan.
Salah satu aspek menarik dari presentasi Chye Retty Isnendes adalah penghubungannya antara nilai-nilai agama dan kepemimpinan dalam konteks budaya Sunda. Dengan mengacu pada Tauladan Nabi dan prinsip “Menerima untuk Memimpin,” Chye Retty Isnendes menggambarkan bagaimana masyarakat Sunda menginternalisasi nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Konsep Tauladan Nabi yang disajikan oleh Chye Retty Isnendes—Sidiq (jujur), Amanah (dapat dipercaya), Tabligh (komunikatif), Fatonah (cerdas)—merupakan cerminan tekad masyarakat Sunda untuk hidup dengan kejujuran, integritas, dan kecerdasan. Di samping itu, prinsip “Menerima untuk Memimpin” memberikan fondasi bahwa kepemimpinan sesungguhnya bukan hanya tentang dominasi, tetapi juga tentang pelayanan dan keteladanan.
Pandangan masyarakat Sunda tentang hidup tidak sekadar mempertaruhkan rutinitas harian, tetapi juga merangkai makna melalui nilai-nilai tinggi. Chye Retty Isnendes membahas bagaimana orang Sunda memberi makna pada hidup mereka, menjadikannya sebagai peluang untuk berbuat baik, memberikan kontribusi bagi masyarakat, serta menjaga kekayaan budaya. Konsep “Nyunda” (berbasis nilai unggul kesundaan), “Nyantri” (berdasarkan nilai-nilai agama), “Nyakola” (mempertimbangkan dengan bijak), “Nyantika” (menjalani dengan profesionalitas dan proporsi), dan “Nyatria” (berpenampilan tegas, objektif, terbuka, jujur, kompetitif, berani, dan sangat bertanggung jawab) mengilustrasikan bagaimana orang Sunda menjalani hidup dengan semangat untuk berkembang dan memberikan dampak positif.
Di tengah perubahan yang terus menerus, kisah perjalanan Chye Retty Isnendes adalah pengingat bahwa nilai-nilai budaya memiliki potensi sebagai motor penggerak perubahan. Ia mewakili generasi yang terus membangkitkan semangat budaya dan mengintegrasikannya dengan perspektif yang progresif. Masyarakat Sunda, dengan karya-karya seperti yang dihasilkan oleh Chye Retty Isnendes, memiliki kapasitas luar biasa untuk terus menginspirasi dan menambah warna dalam dunia sastra, dan lebih luas lagi, dalam arah yang positif dan memberi inspirasi.
Terkait eksistensi Chye Retty Isnendes dalam dunia sastra, Herman Muchtar mengungkapkan kepada Dunsanak, “bukan hanya membuktikan bahwa potensi besar masyarakat Sunda masih berkembang melalui karya-karya kreatif dan berharga, tetapi juga menginspirasi kita semua untuk menghargai, menjaga, dan menggali kekayaan budaya Sunda demi masa depan yang lebih terbuka luas”.