Bagaimana keutamaan silaturahim dan selalu diiringi dengan bersalaman menurut pandangan Hadits dan Qur’an? Mari kita simak kajian berikut ini.
🌷Secara historis, berjabat tangan sudah dikenal umat manusia sejak masa yang sangat lama. Maknanya tidak berubah dari zaman ke zaman, yakni untuk menunjukkan rasa saling sepakat dan hormat akan harkat dan martabat masing – masing.
Bahkan dalam koin Romawi terlukiskan tangan yang saling bersalaman sebagai simbol saling setia dan percaya di antara mereka.
🌷Secara normatif, berjabat tangan atau bersalaman itu berpahala.
📖 Nabi Saw bersabda, : “Tidaklah dua orang muslim saling bertemu kemudian berjabat tangan, kecuali akan diampuni dosa-dosa mereka berdua sebelum mereka berpisah.”
(HR. Abu Daud, Turmudzi, Ibnu Majah, dan Ahmad).
🌷Hadits ini juga memberi pengertian bahwa berjabat tangan akan menggugurkan dosa satu sama lain.
Hanya saja dengan ketentuan bahwa masing – masing berniat untuk memperbaiki hubungan kedua belah pihak dan bertekad akan terus menghentikan perang dingin. Jadi bukan karena terpaksa, di bawah tekanan pihak tertentu, atau karena berpura-pura saja.
🌷Secara psikologis, berjabat tangan memadamkan kecamuk dendam di antara orang – orang yang bertikai.
Nabi Saw memberi informasi tentang hal ini dalam hadits yang ditulis Imam Malik, “Saling bersalamanlah berjabat tanganlah kalian, maka akan hilanglah kedengkian dan dendam.”
Inilah pahala lain yang didapat dari berjabat tangan atau bersalaman.
🌷Tampaknya saling berjabat tangan merupakan cara Allah Swt menyatukan kembali hati manusia yang saling berprasangka negatif.
📖 Allah Swt berfirman, : “Walaupun kamu membelanjakan semua kekayaan yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka.”
(QS. al-Anfal : 63).
🌷Kedua informasi dari Nabi Saw di atas adalah berjabat tangan kepada sesama manusia. Berjabat tangan kepada kedua orangtua dengan cara menciumnya tentu berpahala lebih hebat lagi. Begitu juga bersalaman dengan guru dengan merendahkan badan sebagai lambang menghormati ilmunya, tentu akan bertambah – tambah pahalanya di sisi Allah Swt.
🌷Nabi Saw bersabda dalam hadits :
“Barangsiapa yang menjabat tangan seorang ulama, maka seolah-olah ia menjabat tanganku.”
Ini sungguh informasi berharga, kendati Nabi Saw telah tiada tapi pewaris beliau bisa dijabat dan diciumi tangannya. .
📖 Dari Jabir diceritakan bahwa Umar bin Khattab bergegas menuju Rasulullah, lalu ia mencium tangan beliau
(HR. Ahmad).
🌷Hadits ini mempertegas dibolehkannya mencium tangan sesama manusia. Oleh karena itu mencium tangan ulama, guru, dan orangtua hukumnya boleh dan dianjurkan untuk memberi rasa hormat atas jasa dan kebaikan yang telah mereka berikan.
🌷Kendati berjabat tangan berpahala besar, namun Nabi Saw tidak memberi rekomendasi untuk berjabat tangan dengan lawan jenis.
📖 Aisyah berkata,:
“Demi Allah, tangan Rasulullah Saw tidak pernah memegang tangan wanita yang bukan mahramnya.”
(HR. Bukhari).
🌷Ketentuan ini berlaku bagi keperluan dinas, kesepakatan bisnis, maupun perhelatan olahraga dan budaya.
📖 Secara lebih tegas Nabi Saw mendeklarasikan diri, : “Sesungguhnya aku tidak mau berjabat tangan dengan kaum wanita.”
(HR. Tirmidzi dan Nasa’i).
🌷Sekali lagi, hadits ini mempertegas dilarangnya bersalaman dengan lawan jenis, termasuk di perayaan keagamaan seperti lebaran atau pengobatan seperti pijat refleksi, kecuali keadaan yang mengancam nyawa.
Terakhir, sebagai manusia bisa kita tak lepas dari khilaf dan dosa.
Sebagai orang yang berjiwa besar dan niat melakukan rekonsiliasi mari kita jabat tangan orang yang pernah kita sakiti. Pun dalam rangka mengamalkan sunah Nabi Saw kita bersilaturahim ke rumah orangtua, guru, dan ulama. Kita bersalaman dan mencium tangan mereka. Insya Allah berpahala.
🌈 🕋🕌💫
* Catatan redaksi: artikel ini merupakan repost yang berasal dari Group WA FRM BERBAGI KEBAIKAN yang diposting oleh Riyanto Adenan Abdulrahim pada 25122022